Memahami dan Menerima Perbedaan Fiqh, dengan Lapang Dada!
Di era kontemporer ini sering kali kita menemui fenomena yang terjadi di dalam masyarakat perihal perbedaan fiqh yang kerap kali menimbulkan perdebatan, perselisihan bahkan sampai pertikaian. kalau kita menelisik ke sejarah, ternyata Allah beberapa kali menyebutkan di dalam alquran ayat tentang perselisihan yaitu di dalam qs.an-naba. ayat ini turun karena pada saat itu, orang-orang kafir quraisy banyak yang berselisih tentang kebenaran agama islam yang Nabi Muhammad bawa dan berselisih tentang beberapa hal dan akhirnya turunlah qs.an-naba.
Di dalam bahasa Arab perbedaan itu bahasa arabnya adalah Ikhtalafa-yakhtalafi-ikhtilafan. Nah, jika membahas tentang perbedaan tidak terlepas dengan yang namanya fiqih ikhtilaf. fiqh ikhtilaf ini sering kali muncul dan di bahas di sosial media khususnya dengan narasi yang di sampaikan oleh sebuah kelompok yang dengan kerasnya mengatakan bahwa pendapat yang ia yakini dan ia sampaikan itulah yang paling benar dan yang lain salah atau bid'ah. misalnya pembahasan tentang qunut. ketika sholat subuh itu yang benar adalah gak qunut, yang qunut itu bid'ah. padahal pembahasan qunut dan tidak qunut ini adalah pembahasan yang termasuk fiqh ikhtilaf dan ada perbedaan di kalangan ulama.
Lalu bagaiman sikap kita ketika menemukan perbedaan-perbedaan yang terjadi di masyarakat perihal fiqh ikhtilaf ini? maka sikap terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan mengikuti sikap yang Rasulullah sampaikan di dalam hadisnya. yaitu di dalam Kitab Sunan Abu Daud no.4607 yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad Bin Hambal :
حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ حَنۡبَلٍ، نا الۡوَلِيدُ بۡنُ مُسۡلِمٍ، نا ثَوۡرُ بۡنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنِي خَالِدُ بۡنُ مَعۡدَان، حَدَّثَنِي عَبۡدُ الرَّحۡمٰنِ بۡنُ عَمۡرٍو السُّلَمِيُّ وَحُجۡرُ بۡنُ حُجۡرٍ، قَالَا: أَتَيۡنَا الۡعِرۡبَاضُ بنُ سَارِيَةَ، وَهُوَ مِمَّنۡ نَزَلَ فِيهِ: ﴿وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوۡكَ لِتَحۡمِلَهُمۡ قُلۡتَ لَا أَجِدُ مَا أَحۡمِلُكُمۡ عَلَيۡهِ﴾ فَسَلَّمۡنَا، وَقُلۡنَا: أَتَيۡنَاكَ زَائِرِينَ وَعَائِدِينَ وَمُقۡتَبِسِينَ. فَقَالَ الۡعِرۡبَاضُ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ ذَاتَ يَوۡمٍ، ثُمَّ أَقۡبَلَ عَلَيۡنَا، فَوَعَظَنَا مَوۡعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتۡ مِنۡهَا الۡعُيُونُ وَوَجِلَتۡ مِنۡهَا الۡقُلُوبُ، قَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ كَأَنَّ هَٰذِهِ مَوۡعِظَةٌ مُوَدِّعٌ، فَمَاذَا تَعۡهَدُ إِلَيۡنَا؟ فَقَالَ: (أُوصِيكُمۡ بِتَقۡوَى اللهِ وَالسَّمۡعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنۡ [عَبۡدًا حَبَشِيًّا]، فَإِنَّهُ مَنۡ يَعِشۡ مِنۡكُمۡ بَعۡدِي فَسَيَرَى اخۡتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيۡكُمۡ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الۡخُلَفَاءِ [الرَّاشِدِينَ الۡمَهۡدِيِّينَ] تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيۡهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمۡ وَمُحۡدَثَاتِ الۡأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحۡدَثَةٍ بِدۡعَةٌ، وَكُلَّ بِدۡعَةٍ ضَلَالَةٌ). [(ابن ماجه)(٤٢)].
Artinya : Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada kami, Al-Walid bin Muslim menceritakan kepada kami, Tsaur bin Yazid menceritakan kepada kami, Khalid bin Ma’dan menceritakan kepadaku, ‘Abdurrahman bin ‘Amr As-Sulami dan Hujr bin Hujr menceritakan kepadaku, keduanya mengatakan: Al-‘Irbadh bin Sariyah datang kepada kami, beliau adalah yang termasuk dalam ayat, “dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu". (QS. At-Taubah: 92). Kami memberi salam kepada beliau. Kami mengatakan: Kami mendatangi engkau untuk berkunjung, merujuk kepadamu, dan mengambil faidah darimu. Al-‘Irbadh mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat mengimami kami pada suatu hari, lalu beliau berbalik menghadap kami. Beliau memberi nasihat kepada kami dengan nasihat yang menyebabkan air mata bercucuran dan hati-hati bergetar. Seseorang mengatakan: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat perpisahan. Apa yang engkau wasiatkan kepada kami? Beliau bersabda, “Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun budak Habasyah yang memimpin. Karena siapa saja di antara kalian yang hidup sepeninggalku, tentu ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, wajib bagi kalian untuk berpegang dengan sunahku dan sunah para khalifah yang lurus dan terbimbing. Pegang erat-erat itu dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham. Jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama) karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bidah dan setiap bidah adalah sesat.”
Pelajarannya yang bisa diambil dari hadis ini :
1.bila ditemukan orang sholeh dan berilmu, maka burulah mereka, hadirlah di dalam majelisnya. mintahlah nasihat, faidah-faidah. begitulah yang di contohkan oleh dua orang tabi'in yaitu ‘Abdurrahman bin ‘Amr As-Sulami dan Hujr bin Hujr yang bertemu dengan seorang sahabat yaitu Al-‘Irbadh bin Sariyah untuk mengambil faidah atau pelajaran dari beliau.
2.Mendengarkan dengan khusyu dan mengamalkan setiap apa yang Rasulullah sampaikan di dalam sabdanya hal itu merupakan adab kepada Rasulullah dan tanda cinta kepadanya.
3.Makna wasiat itu asalnya adalah pesan yang kuat dan harus di laksanakan. makanya beda ketika orang yang hendak meninggal dunia memberikan wasiat di bandingkan dengan orang yang masih sehat memberikan wasiat tentu saja orang yang hendak meninggal dunia wasiatnya lebih di dengar dan cenderung untuk di laksanakan.
4.Wasiat yang Rasulullah sampaikan pertama kali yaitu jagalah ketakwaan kalian kepada Allah. maksudnya jaga sholat kalian, jaga puasa kalian, jaga haji dsb karena ketika kita sudah takwa, maka Allah akan mudahkan hidup kita dan puncak kenikmatannya orang itu selalu merasa ada Allah di hatinya selengkapnya lihat di . https://ridwanmunawar44.blogspot.com/2022/06/ingin-hidup-sukses-dunia-dan-akhirat.html
5. Jika terjadi perbedaan-perbedaan di antara umat islam yang mungkin mengarah keperselisihan. maka Rasulullah memberikan rumus yaitu kembalilah kepada sunnah dan lihatah sahabatku (khulafaur rasyidin).
Nah dari hadis jelas di temukan solusi pokok untuk menghadapi persoalan maka kembalilah kepada sunnah ku. namun perlu juga di pahami bahwa yang di maksud sunnah ini bukan kelompok tapi kurikulum nabi. karena Rasulullah itu adalah uswatun hasanah yang memberikan keteledan dari segala lini kehidupan, dan keteledan itu untuk di tiru. lihat qs. al-ahzab : 21
nah setelah kita paham dan mendapatkan solusinya, maka timbul pertanyaan baru. apa dibalik sunnah dan wujud sunnah itu? maka ustadz adi hidayat menjelaskan wujud kembali ke sunnah yaitu pertama alquran. dan alquran itu adalah hudan (petunjuk) (qs, 2 ; 38) bahkan di dalam alquran jelas disebutkan tuntunan dari manusia lahir sampai wafat. dan untuk detailnya ada di sunnah nabi.
Ada 4 konsep sederhana yang perlu kita pahami dan hal ini merupakan implimentasi dari seseorang mengikuti sunnah nabi :
1.ada dalilnya + contoh misal sholat saat takbir mengucap Allahhu akbar. hal ini mutlak tidak ikhtilaf karena dalil dan contoh sudah jelas
2.dalil + contohnya sementara misal qunut
3.dalil + tidak ada contohnya tentang zakat, dulu nabi pakai kurma sekarang beras
4.dalil samar (taqrir) dalil tentang lamar, jadi ketika di dalam diam tandanya setuju. contohnya tentang khalid makan dobt (sejenis biawak) di hidangan ke nabi, Nabi tidak makan dan nabi tidak melarang.
semuanya bersumber dari Nabi di sebut manhaj. lalu karena kita tidak hidup di zaman nabi, maka ada 4 ulama yang populer dan sudah disepakati bahwa keempat ulama ini memiliki sanad keilmuan yang tersambung sampai ke nabi dan menuliskannya di dalam sebuah kitab. maka ketika kita milih manhaj dengan beberapa pendapat itu disebut mazhab (ma zahaba) apa yang di pilih. maka muncullah 4 mazhab yang populer yaitu : mazhab hanafi, maliki, syafi'i dan hambali. dan keempatnya memiliki sanad keilmuan sampai ke nabi.
Komentar
Posting Komentar